Kamis, 23 Januari 2014

Datu Museng dan Maipa Dea Pati ( Romeo & Julliet versi Makassar )


Suasana di sekitar istana raja Sumbawa terlihat ramai dan meriah. Istana megah dengan 99 tiang penyangga dan 40 anak tangga. Di halaman samping istana telah berkumpul para pemain raga , permainan paling terkenal di daerah Sumbawa. Ini adalah hari pertunangan Maipa Dea Pati , putri raja Sumbawa, dengan saudara sepupunya yang bernama Demung Alas.
Ayolah, Dea Pati! Jangan berkurung diri terus di kamar. Lebih baik kita menonton pertandingan raga di luar.
Maipa Dea Pati menggeleng. Tidak, Bibi Dayang. Saya merasa sangat lemah dan letih.
Karena itulah, Dea Pati harus pergi menghibur diri. Agar penyakit yang Dea Pati derita itu terobati. Dea Pati harus bergembira, tidak boleh bersedih terus. Sang dayang terus membujuk.
Bibi Dayang, bagaimana saya tidak bersedih, padahal ini adalah hari yang saya benci. Saya tidak suka ditunangkan dengan Demung Alas! Maipa Dea Pati menatap mata dayangnya dengan putus asa.
Tapi bukankah Demung Alas itu tampan? Kenapa Dea Pati tidak menyukainya?
Bukan soal tampan, Bibi. Tapi soal hati! Saya menginginkan seorang suami yang bisa menjadi imam bagi saya. Dan hal itu tidak saya temukan pada diri Demung Alas. Sudahlah, saya ingin istirahat, Bibi. Bisa tinggalkan saya sendiri?
Baiklah. Tapi Dea Pati harus janji, tidak akan bersedih lagi dan harus kembali sembuh seperti semula. Mata dayang sepuh itu setengah merajuk. Maipa Dea Pati hanya tersenyum. Baginya wanita tua itu sudah seperti ibunya sendiri. Sebab sejak ibu Maipa Dea Pati meninggal, dayang itulah yang paling memperhatikannya.
Suasana di luar istana kian meriah. Beberapa pemain raga terkenal telah menunjukkan kebolehannya di hadapan raja Sumbawa, Dea Rangang.
Kini giliran pemuda miskin itu, Dea . Permainannya pasti akan jadi bahan tertawaan orang-orang. Demung Alas berbisik di telinga Dea Rangang.
Dea Rangang mengangguk setuju. Inilah yang mereka tunggu-tunggu, yaitu saat muka pemuda yang duduk diam di sudut halaman itu merah padam karena malu.
Hei, Datu Museng! Kini giliranmu! Dea Rangang berseru lantang. Mendengar itu, pemain yang lain mundur ke pinggir, memberi kesempatan pada pemuda dari Lombok itu.
Datu Museng mengangguk. Perlahan ia melangkah ke tengah halaman, lalu memungut raga dengan tenang. Sejenak ia melirik Demung Alas yang nampak tersenyum sinis ke arahnya. Hatinya merasa, bahwa ini adalah rencana Demung Alas untuk menjatuhkan namanya.
Bismillahirrahmaaniraahiim Datu Museng berbisik lirih sebelum memainkan raga di tangannya. Sesaat kemudian terlihat benda bulat dari anyaman rotan itu melayang setinggi tiga meter. Dan apa yang kemudian mereka saksikan adalah sebuah pertunjukan yang sangat menakjubkan. Semua penonton berdecak kagum. Bahkan tak sedikit yang menahan napas saking takjubnya.
Dea Rangang dan Demung Alas melongo tak percaya. Apa yang mereka lihat itu adalah sesuatu yang sangat diluar dugaan. Selama ini, baik Dea Rangang maupun Demung Alas, tak pernah mendengar bahwa pemuda itu bisa memainkan raga. Apalagi sehebat itu. Raga yang dimainkan Datu Museng tak sekalipun jatuh menyentuh tanah.
Sebagian penonton mulai bersorak menyemangati. Kecuali Dea Rangang dan Demung Alas tentunya yang kini hanya bisa memasang muka kecut. Gagal sudah niat mereka mempermalukan Datu Museng.
Maipa Dea Pati yang sedang berbaring di kamarnya jadi heran mendengar suara riuh di luar kamarnya. Apa yang mereka soraki sampai begitu riuh? Rasa heran itu membuatnya bangun perlahan. Lalu dengan perlahan pula ia mendekati jendela kamar yang berhadapan langsung dengan halaman samping, tempat orang-orang itu sedang berkumpul.
Matanya menatap terpaku ke tengah halaman, mengawasi pemuda yang sedang memainkan raga itu. Dan tiba-tiba…
Wuuusss! Raga itu melayang tinggi ke atas, melewati jendela tempat ia berdiri. Pada saat itulah dua pasang mata beradu pandang. Maipa Dea Pati terkesiap. Ia tak percaya akan apa yang dilihatnya. Secepat kilat ia mundur, menyembunyikan diri dari tatapan pemuda itu.
Datu Museng yang juga terkejut segera mengendalikan diri tepat ketika raga jatuh di hadapannya. Dea Rangang dan Demung Alas kian tak tenang. Hup! Datu Museng menangkap raga dengan sigap dan meletakkannya kembali di tanah. Ia telah mengakhiri permainannya dengan menakjubkan.
***
Maipa Dea Pati menatap cermin di depannya. Cermin yang memantulkan bayangan wajahnya yang cantik jelita meski dalam keadaan sakit. Di kerajaan Sumbawa ini, tak seorangpun yang mampu menyaingi kecantikannya. Tak heran, jika banyak pemuda yang memimpikannya, termasuk para pajabat Belanda ketika itu. Namun Maipa Dea Pati tak pernah menanggapinya.
Sampai kemudian Demung Alas menyatakan keinginannya untuk melamar Maipa Dea Pati. Ayahnya, Dea Rangang, langsung menyetujui. Sebab Demung Alas masih kerabat kerajaan Sumbawa yang bermukim di kampung Alas. Barulah Maipa Dea Pati merasa gusar. Hatinya terus gelisah dan memberontak, hingga akhirnya ia pun jatuh sakit. Baginya Demung Alas bukanlah sosok yang ia harapkan untuk menjadi suaminya. Bukan!
Sosok itu hanya ada pada satu nama. Datu Museng! Ya, dialah pemuda yang telah lama merebut hati Maipa Dea Pati. Pemuda yang pernah tinggal di Madinah cukup lama sebelum akhirnya pulang ke tanah air dan menjadi guru mengaji di Rinjani. Pada sosok itu pulalah Maipa Dea Pati pernah berguru. Belajar Islam dan ayat-ayat suci al-Quran.
Dea Rangang bukannya tak tahu perkembangan itu. Ia pun langsung melarang putrinya pergi ke Rinjani. Maipa Dea Pati hanya bisa menurut, namun hati yang telah tertambat amatlah sulit untuk dipisahkan.
Kini rencana pertunangannya dengan Demung Alas semakin dekat, tapi sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh juga. Bahkan setelah pertandingan raga itu selesai, sakit Maipa Dea Pati malah semakin parah.
***
Hari-hari yang menyiksa terus berlalu. Kini sang putri berparas jelita itu sudah tidak mau makan apa-apa. Tubuhnya semakin kurus, dan hanya mampu berbaring di kamarnya.
Dea Rangang mulai panik. Cari dukun terbaik dan panggil ke sini!
Maka para pengawal kerajaan pun menyebar mencari dukun yang sakti untuk mengobati Maipa Dea Pati. Hampir tiap hari didatangkan dukun yang konon terkenal sakti di negeri itu. Sampai tujuh dukun yang mencoba mengobati, namun semuanya gagal.
Saya rasa hanya ada satu orang yang bisa mengobati penyakit Dea Pati itu, Dea. Seorang pengawal datang menghadap.
Siapa? Cepat katakan! Wajah Dea Rangang penuh harap.
Seorang pemuda bernama Datu Museng yang tinggal di desa Jereweh.
Dea Rangang terperanjat. Apa??? Pemuda tak tahu diri itu?!
Tapi memang hanya dia yang memiliki ilmu pengobatan paling ampuh di negeri ini, Dea. Apa salahnya kita mencoba.
Dea Rangang terdiam. Ya, apa salahnya mencoba? Yang penting Maipa sembuh dulu, nanti setelah itu baru pemuda itu yang diurus. Ia membatin sendiri.
Baiklah. Panggil dia kemari!
***
Bukankah Dea sendiri yang mengatakan bahwa saya tidak pantas masuk ke istana ini? Datu Museng berdiri tegak di hadapan Dea Rangang. Ia tahu betul, Dea Rangang tidak menyukainya hanya karena rasa suka Maipa Dea Pati terhadap dirinya. Sementara ia hanyalah orang biasa, bukan keturunan raja-raja.
Sudahlah, Datu. Kita lupakan saja semua perselisihan itu. Sekarang kami sangat mengharapkan bantuanmu. Terutama putriku. Dia sudah sangat menderita. Dea Rangang berusaha memembujuk Datu Museng.
Akhirnya Datu Museng tidak punya pilihan lain. Ketika langkahnya sampai di pintu kamar Maipa Dea Pati, ia pun berhenti. Ada rasa tidak patut baginya untuk terus melangkah masuk.
Masuklah, Datu! Dayang sepuh yang menjaga Maipa Dea Pati memanggil dari balik kain pintu yang terkuak. Datu Museng menarik napas lega, berarti Maipa Dea Pati tak sendirian di dalam. Perlahan ia pun melangkah masuk. Hatinya begitu miris melihat keadaan putri yang baik hati itu. Terlebih ketika Maipa Dea Pati menatapnya dengan sorot sedih.
Datu, sebelum Datu mengobati saya, saya ingin menanyakan sesuatu, kata Maipa Dea Pati dengan suara lemah.
Silakan, Dea Pati.
Apakah dalam Islam, seorang gadis tidak berhak untuk menolak lelaki yang akan dinikahkan dengannya?
Datu Museng diam sejenak. Tentu saja ia berhak untuk menolak atau menerima. Tapi tentunya dengan alasan yang benar.
Apakah penolakan itu salah jika alasannya adalah karena ia lebih memilih laki-laki lain yang baik agamanya? tanya Maipa Dea Pati lagi.
Justru itulah alasan yang paling baik. Menghindari laki-laki yang buruk agamanya dan memilih laki-laki yang baik agamanya. Sebab laki-laki adalah imam bagi wanita.
Jawaban Datu Museng itu membuat paras Maipa Dea Pati langsung berubah cerah. Inilah yang ia tunggu-tunggu. Sebuah kepastian yang bisa ia jadikan pegangan dalam melangkah.
Datu memang orang yang arif. Sejak saya belajar mengaji pada Datu di Rinjani dulu, saya sudah yakin bahwa Datu adalah orang yang baik dan pantas menjadi imam saya.
Maksud Dea Pati? Datu Museng mengerutkan alis.
Datu, bawalah saya keluar dari istana ini. Tempat ini seperti neraka bagi saya. Saya tidak menyukai Demung Alas. Saya tidak mau menikah dengannya!
Datu Museng tersentak. Melarikan Maipa Dea Pati? Sungguh, tak pernah terpikirkan hal itu olehnya.
Jika Datu keberatan, saya tidak akan memaksa. Silakan tinggalkan kamar ini. Saya tidak butuh obat lagi! Dan biarlah ini menjadi pertemuan kita yang terakhir! Tandas kalimat Maipa Dea Pati. Datu Museng masih terdiam bisu. Ia tak tahu harus berkata apa. Ini benar-benar mengejutkan. Permintaan Maipa Dea Pati itu seperti makan buah simalakama baginya.
Apa lagi yang kau tunggu, Datu? Pergilah!
Datu Museng tersentak lagi. Ia masih tak mampu berkata apa-apa ketika membalikkan badan dan melangkah tertunduk meninggalkan kamar Maipa Dea Pati.
Maipa, apa yang Maipa katakan? Mengapa Maipa ingin melarikan diri dengan pemuda itu? Dayang sepuh bertanya tak mengerti. Tampak kecemasan di wajah tuanya.
Bibi Dayang, dialah orang yang saya maksudkan. Dialah pemuda yang saya harapkan akan menjadi suami saya. Tapi… dia telah menolak saya. Semuanya telah selesai, desah Maipa Dea Pati sendu. Matanya mulai berlinang. Dayang sepuh membelainya penuh kasih. Hatinya ikut pilu. Ia sangat mengerti perasaan Maipa Dea Pati.
Tapi dia benar, Dea Pati. Tidak patut baginya melarikan putri orang, apalagi putri seorang raja seperti Dea Pati ini. Itu akan membuatnya merasa bersalah pada kerajaan dan mencoreng nama baiknya. Dea Rangang bisa membunuhnya. Lagi pula, dia tampak sangat alim. Tentulah permintaan Dea Pati yang berlebihan itu terasa sangat sulit baginya. Sang dayang berusaha memberi pengertian.
Maipa Dea Pati menatapnya tajam. Kalau begitu… berarti ada cara lain! Dan sesaat kemudian ia pun tersenyum. Kau benar, Bibi. Tidak begitu seharusnya.
Berjanjilah pada saya, bahwa Dea Pati tidak akan punya pikiran seperti itu lagi. Dayang itu membujuknya. Maipa Dea Pati hanya tersenyum tipis. Segalanya telah terang baginya kini. Ia tahu apa yang harus dilakukannya.
***
Sejak kedatangan Datu Museng ke istana, keadaan Maipa Dea Pati tampak membaik. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, ia sudah kembali terlihat ceria. Dea Rangang pun gembira, ia mengira putrinya telah diberi obat penawar oleh Datu Museng tanpa meminta imbalan apapun. Ya, Datu Museng memang tak mengatakan apapun ketika hendak pulang, hanya mukanya yang terlihat muram saat meninggalkan istana. Ia bahkan tak menyahut ketika salah seorang penjaga istana menawarkan hadiah. Benar-benar manusia yang aneh. Mengapa Maipa bisa jatuh cinta pada pemuda semacam itu? Dea Rangang membatin sendiri.
Dea, saya ingin menyampaikan sesuatu. Maipa Dea Pati mendekati ayahnya.
Ada apa, Maipa putriku? Dea Rangang tersenyum.
Waktu sakit dulu saya telah berjanji. Jika saya sembuh, saya akan pergi mandi dengan ditemani oleh seluruh dayang istana. Nah, sekarang saya sudah merasa cukup sehat dan ingin segera menunaikan janji itu. Apakah Dea mengijinkan?
O, tentu saja. Semua orang akan senang melihatmu seperti ini. Ingat, sebentar lagi hari pernikahanmu akan tiba, jadi kau harus tetap sehat dan cantik. Baiklah, kumpulkan semua dayang untuk menemanimu malam ini. Dea Rangang terlihat lega.
Maka malam itu dikumpulkanlah semua dayang istana. Masing-masing mereka menggenggam obor di tangannya untuk penerangan. Dan memang begitulah kebiasaan Maipa Dea Pati sejak dulu. Ia selalu mandi pada malam hari.
Tidak lama, tampaklah iring-iringan para dayang meninggalkan istana. Sinar obor yang berbaris-baris tampak menyusuri jalan setapak menuju Aik Awak, tempat mandi Maipa Dea Pati. Begitu sampai di tepi mata air, mereka pun berhenti.
Tolong matikan semua obor itu! Saya tidak mau ada yang melihat saya mandi. Dan jangan ada yang menyalakannya sebelum saya suruh! kata Maipa Dea Pati. Maka sesaat kemudian Aik Awak pun gelap gulita. Semua obor telah padam.
Waktu terus berjalan. Tak terasa sudah hampir satu jam Maipa Dea Pati mandi berendam, tapi belum juga terdengar perintah untuk menyalakan obor. Dayang sepuh mulai gelisah. Ia pun mencoba memanggil, tapi tak ada sahutan. Firasatnya mulai berkata lain.
Nyalakan obornya! Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Maipa! serunya panik. Para dayang pun kembali menyalakan obor mereka. Dan alangkah terkejutnya mereka ketika menyadari Maipa Dea Pati sudah tidak ada di sana.
Dea Pati nonda ! Dea Pati nonda! Mereka berseru hampir serentak. Kepanikan pun terjadi.
Sementara di tempat lain, di sebuah jalan kecil menuju desa Jereweh, tampak sosok Maipa Dea Pati berkelebat. Kegelapan tak sanggup mematikan nyalinya, bahkan jarak yang begitu jauh pun tak mampu mematahkan semangatnya untuk terus memacu kuda tunggangannya sekencang mungkin. Orang-orang tentu tidak akan lupa bahwa Maipa Dea Pati adalah seorang penunggang kuda yang sangat mahir.
***
Kerajaan Sumbawa gempar. Demung Alas pun patah arang. Calon istrinya melarikan diri. Dea Rangang tak mampu lagi menahan kemarahannya. Seluruh pengawal istana diperintahkan menyebar ke seluruh wilayah kerajaan. Menyisir setiap garis pantai dan perbukitan. Dea Rangang benar-benar kalap, ia bahkan juga minta bantuan Belanda untuk mencari putrinya.
Imbalannya tak tanggung-tanggung, yaitu Maipa Dea Pati sendiri! Ia sudah tak peduli pada pertunangan putrinya dengan Demung Alas. Gubenur Belanda yang memang sudah lama menaruh hati pada putri kerajaan Sumbawa itu tersenyum senang. Ia pun jadi begitu bersemangat mengutus pasukannya ke Jereweh, desa pertama yang jadi sasaran pencarian mereka.
Rumah Datu Museng dikepung beramai-ramai. Seruan agar penghuninya segera menyerahkan diri, tak mendapat sahutan. Sepi.
Dobrak pintunya!
Maka dalam sekejap, pintu kayu itu pun roboh dihantam seorang anggota pasukan. Namun tetap sepi. Rumah itu kosong melompong. Jauh di ujung Timur pulau tersebut terlihat sebuah kapal bertolak menuju Makassar. Sebuah negeri yang kelak akan mengukir sejarah lain dalam kehidupan Datu Museng dan Maipa Dea Pati.

Perajin Songkok di Desa Bonto kassi, Galesong

Tidak banyak yang tahu jika di Takalar, ada sebuah desa yang hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai pengrajin anyaman serat lontar. Selama berpuluh-puluh tahun, penduduk Desa Bontokassi, Kecamatan Galesong Selatan, masih setia menganyam serat lontar yang disulap menjadi beragam kerajinan cantik.

Jari jemari Linda, 30 tahun, bergerak lincah menganyam helaian serat lontar menjadi sebuah songkok. Serat lontar berasal dari pohon lontar yang merupakan tanaman khas Sulawesi. Di Takalar sendiri, pohon lontar tergolong mudah ditemukan.

Sepintas, songkok yang dibuat Linda dan pengrajin lainnya hampir mirip dengan songkok yang diproduksi pengrajin di Kabupaten Bone. Bentuk yang sama, dengan bahan yang juga sama. Namun jika diteliti, Anda akan menemukan perbedaan yang sangat besar. Tidak seperti songkok tau Bone, motif anyaman serat lontar buatan penduduk di sini lebih bervariasi, dan kaya akan warna-warni indah.

Bukan hanya songkok, pengrajin di Desa Bontokassi ini juga menganyam serat lontar menjadi benda-benda lainnya. Seperti hiasan gerabah, kipas tangan, hingga gelang. Setiap pengrajin, dapat menghasilkan puluhan kerajinan serat lontar dalam sebulan untuk dipasarkan oleh pengumpul, maupun dipesan langsung secara individu.

"Dari kecil kita sudah harus pandai menganyam serat lontar. Kalau tidak pandai, kita bisa disebut malas," kata Linda, Selasa, 27 November.

Menurut Linda, proses pembuatan kerajinan serat lontar terbilang cepat. Tergantung bentuk kerajinan yang akan dibuat. Semakin banyak alur anyamannya, semakin lama proses pembuatannya. Namun dibandingkan dengan proses pembuatan kerajinan serat lontar, proses untuk mendapatkan serat lontar-lah yang sebenarnya cukup sulit.

Awalnya, pelepah lontar diolah dengan cara ditumbuk hingga seratnya keluar. Pelepah yang telah ditumbuk lalu direndam tiga minggu sampai satu bulan di dalam air. Serat yang seperti tali inilah yang menjadi bahan utama kerajinan ini. "Semakin lama direndam air, semakin bagus serat lontar yang dihasilkan," tambah Daeng Te'ne, pengrajin lainnya.

Setelah serat dipisahkan, selanjutnya dikumpulkan menjadi gulungan tali dalam bentuk ikatan kemudian dijemur hingga sampai kering selama tiga hingga satu minggu. Satu pohon lontar bisa menghasilkan hingga 30 ikat serat lontar. Satu ikat lontar, dapat dijadikan satu buah songkok. Serat lontar yang telah dijemur, lalu diberikan zat pewarna. Caranya, serat lontar direbus ke dalam air mendidih yang telah dibubuhkan zat pewarna.

"Untuk warna hitam alami, ada juga yang merendam serat lontar dalam kubangan lumpur sawah," papar Linda.

Serat inilah yang kemudian dianyam menggunakan peralatan tradisional hingga berbentuk songkok dan lain sebagainya. Anyaman serat lontar ini juga dapat dipadukan dengan benang khusus. Untuk menghasilkan satu songkok guru yang berpadu dengan benang emas, pengrajin bisa membuatnya hingga berminggu-minggu. Selain kreasi dari pengrajin, kini pemesan juga bisa mengajukan warna dan motif yang diinginkan kepada pengrajin.




Hasilnya pun sangat indah dan tentunya mempunyai kualitas yang awet hingga berpuluh-puluh tahun. Sayang harga anyaman serat lontar di kalangan perajin ini terbilang murah. Misalnya, satu songkok paling murah dihargai Rp25.000. Namun untuk kerajinan khusus songkok dengan motif dan kualitas lebih baik yang membutuhkan proses lebih lama, bisa mencapai Rp300 ribu per buah.

Meski demikian, para pengrajin tetap bersyukur sebab hal ini telah menjadi pendapatan mereka secara turun temurun selain bertani. "Memang terbilang murah. Seharusnya pemerintah ikut mengatur harga pemasaran. Dan menyediakan fasilitas seperti showroom," terang Linda.






Diakui Linda, tidak cukup jika hanya mengandalkan pemasaran melalui pengumpul atau pemesan yang datang ke rumahnya. Ia juga memanfaatkan dunia maya untuk memasarkan produk-produk tersebut. Mulai dari situs jejaring sosial seperti Facebook, hingga situs jual beli online. Dari sinilah, produk-produk kerajinan tangannya dapat merambah hingga ke berbagai wilayah Indonesia.

"Responnya sangat besar. Kita juga bahkan sering mendapatkan order dari Bali, Surabaya dan daerah lainnya," sebut Linda.

Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Takalar, Muhammad Ridwan Rahim mengatakan jika pemkab berupaya untuk mengembangkan kembali produk-produk unggulan di Takalar. Salah satunya dengan membangun kembali showroom yang memajang berbagai produk-produk unggulan khas Takalar. "Mudah-mudahan segera terwujud tahun depan," harapnya. 

SATU

Kau memang bukan satu-satunya
Yang mewarnai hidupku
Kau memang bukan satu-satunya
Yang mengisi hati ini

Namun tak mendengar suara mu 1 hari
Buatku rindu setengah mati
Namun tak melihat elokmu 1 hari
Buat hatiku gelisah tak karuan

Kaulah pusat hidupku
Hanya pada mu hatiku tertuju
Mataku mencari bayangmu selalu
Telingaku tak hentinya mengejar suaramu
Wahai cintaku

                                                          Janganlah kau palingkan lagi wajahmu
Janganlah kau hindari lagi rasa ini
Karena ku tahu dengan pasti
Aku mencintaimu dan kau mencintaiku

Selamat Malam Kawan Kawan,
Pantai Galesong Utara, nama pantai yang hampir tak pernah menjadi fokus pembicaraan masyarakat di Kota Makassar, bahkan di Kabupaten Takalar sendiri yang notabene adalah Kabupaten tempat di mana kawasan Pantai Galesong Utara berada.

Namun dalam satu tahun terakhir ini, Pantai Galesong Utara di Kabupaten Takalar atau yang lebih sering disingkat menjadi Pantai Galut, telah menjadi buah bibir pembicara masyarakat, terutama bagi para pencinta dan penikmat wisata pantai. Pantai Galesong Utara setelah menjalani proses make over akhirnya berubah menjadi Resort Wisata Pantai Galesong Utara, dan menjadi salah satu destinasi resort wisata pantai yang terletak di Kabupaten Takalar. Dan menjadi obyek wisata favorit bagi para penduduk yang berdomisili di Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, serta kabupaten-kabupaten sekitarnya, seperti Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Maros serta kabupaten lainnya.


Di atas lahan seluas satu hektar lebih yang terletak di di Desa Sampulungan Beru, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Indonesia, dibangunlah sebuah tempat wisata pantai yang menggabungkan konsep hotel dan resort serta outbond, menjadi Wisata Pantai Galesong Utara yang menyediakan hampir semua fasilitas yang dibutuhkan oleh para pengunjungnya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Kawasan Wisata Pantai Galesong Utara ini dimiliki dan dibangun oleh seorang pengusaha di Makassar, yang juga merupakan pemilik Supermarket Indomurah yang terletak di Jalan Sultan Alauddin Makassar, yang juga pemilik Kebun Wisata Malino di jalan Poros Malino kabupaten Gowa. Hotel-nya dibangun dengan arsitektur bergaya eropa, di mana di sekeliling hotel banyak berdiri patung-patung bergaya eropa dalam berbagai pose.

Demikian juga interiornya, mulai dari Front Office, hingga lobby yang terletak di Lantai I dan Lantai II, penuh dengan hiasan lukisan-lukisan yang dibuat berdasarkan kisah-kisah yang ada dalam Al-Kitab, kitab suci agama Kristen. Tetapi untuk yang beragama Islam, jangan kuatir, karena disediakan tempat untuk sholat berupa Musholla di lantai tiga, atau kalau mau sholat berjamaah dan sholat Jum’at bisa menggunakan aula di Lantai I.

Saat saya berkunjung ke Hotel yang terletak di dalam kawasan Wisata Pantai Galesong Utara Resort ini pada Jumar lalu (10 Mei 2013), saya merasa harga sewa kamar yang disediakan terlalu mahal, apalagi dengan kondisi kamar yang pas-pasan. Ada Standar Room kapasita dua orang yang bisa dirubah menjadi kapasitas empat orang, cukup dengan menarik extra bed yang terletak di bawah tempat tidur. Kemudian ada Family Room dengan kapasita empat orang, yang bisa dirubah menjadi delapan orang.

Dalam kamar tersedia AC yang cukup dingin, kemudian TV dengan saluran Televisi yang sangat kabur gambarnya, semua frekuensi Televisi ternyata gambarnya sama-sama kabur. Didalam kamar ada kamar mandi, dengan fasilitas shower untuk air biasa saja, sedangkan air panas-nya ternyata tidak ada sama sekali. Dan fasilitas Wi-Fi ternyata tidak disediakan oleh pengelola hotel.

Dengan harga Rp.390.000,- untuk standar room, dan Rp. 590.000,- untuk family room pada hari-hari biasa, harga itu lumayan mahal, jauh melebihi biaya sewa kamar hotel berbintang di Kota Makassar yang sudah memiliki fasilitas lebih bagus dan lebih lengkap. Dan saat weekend, harga sewa kamarnya berubah dari Rp. 390.000,- menjadi Rp. 490.000. Dan yang harga sewanya Rp. 590.000,-,berubah menjadi Rp. 790.000,-…benar-benar mahal sekali.

Hotel Wisata Pantai Galesong Utara ini memiliki dua restoran, satu di Utara, dekat kolam renang, dan satu lagi di Selatan dekat dengan lokasi Outbond. Dua-duanya bisa menampung hingga ratusan orang. Makanan yang disajikan, cenderung agak asin bagi lidah saya. Namun saat breakfast, saya menikmati Nasi Kuning-nya yang betul-betul nikmat dan gurih, sehingga saya dengan sangat terpaksa harus menambah dua kali Nasi Kuning-nya, saking enaknya rasanya.

Selain itu terdapat juga kolam renang bagi para pengunjung. Letak kolam renag yang dikelilingi oleh beberapa pondok-pondok model baruga, serta patung-patung eropa bergaya klasik, dan juga kolam ikan koi, menajdikan mandi dan berenang di kolam renang-nya menjadi sangat mengasyikkan. Namun ternyata, Kolam Renang di Wisata Pantai Galesong Utara Resort itu ukurannya dangkal, hanya diperuntukkan buat anak-anak, atau maksimal anak-anak usia seukuran Sekolah Menengah Pertama. Kalau orang dewasa masuk ke dalam kolam, maka kakinya bisa mencapai dasar kolam, dan airnya hanya setinggi perut saja.

Namun para sahabat-sahibit blogger tidak usah khuatir, untuk orang dewasa telah disediakan fasilitas wahana hiburan pantai lainnya berupa Jetsky, Banana Boat dan Flying Fish. Kalau mau bermain air sambil berbasah-basah keliling sekitar lokasi Wisata Pantai Galesong Utara, silahkan menggunakan fasilitas tersebut. Kalaupun sahabat-sahibit blogger sedunia belum mampu, para oleh pengelola akan disediakan pemandu yang akan mendampingi untuk menikmati fasilitas tersebut. Disini juga disediakan Kapal Mancing untuk para mancing mania.

Jikalau ternyata sahabat-sahibit blogger se-dunia enggan menikmati segala wahana yang ada, dan hanya ingin bersantai rest dan relax, maka oleh pihak pengelola Wisata Pantai Galesong Utara telah menyediakan puluhan kursi malas terbuat dari kayu yang diletakkan di antara pohon-pohon kelapa sepanjang tepi pantai.

Sambil merebahkan diri, bermalas-malasan kita dapat menikmati keindahan sunset di lokasi Wisata Pantai Galesong Utara. Apalagi sambil menikmati secangkir kopi atau secangkir the, bersma sepiring Pisang Goreng dan Kandoang. Rasa-rasanya semua hutang piutang menjadi terlupakan.

Salah satu kekurangan dari Wisata Pantai Galesong Utara adalah tidak adanya rambu-rambu penunjuk arah ke lokasi Wisata Pantai Galesong Utara. Hanya satu yang saya lihat, berupa papan besar di tepi jalan yang menunjukkan arah ke lokasi Wisata Pantai Galesong Utara. Selain itu, tidak ada sama sekali. Dan konon kabarnya karena tak adanya rambu-rambu itu, sehingga banyak yang mencoba masuk ke lokasi dengan terlebih dahulu menuju ibukota Kabupaten Takalar, sehingga akhirnya mereka nyasar tersesat tak tahu lagi mau ke arah mana, hingga akhirnya mereka pulang kembali kerumah. Dan itu juga yang saya alami saat pertama kali hendak berkunjung ke lokasi Wisata Pantai Galesong Utara (10 Mei 2013).

Untunglah, saat saya sudah memasuki ibukota kabupaten Takalar, saya menghubungi seorang teman yang berdomisili di Kabupaten Takalar dan menanyakan di mana lokasinya Wisata Pantai Galesong Utara, dan dijelaskan oleh teman tersebut bahwa lebih mudah dan lebih dekat bila saya hendak kesana dengan melalui jalan Metro Tanjung Bunga di kawasan GTC Tanjung Bunga. Segeralah saya berbalik arah kembali ke Kota Makassar, dan mengendarai motorku menuju lokasi Wisata Pantai Galesong Utara dengan melalui jalan Metro Tanjung Bunga.

Meskipun potensi wisata yang ada di Wisata Pantai Galesong Utara ternyata dimiliki oleh pihak swasta, dan pemerintah Kabupaten Takalar sendiri ternyata belum memikirkan atau belum punya perhatian untuk melirik dan memikirkan serta mengelola potensi wisata pantai yang sangat banyak terdapat di Kabupaten Takalar, Kita seharusnya tetap bersyukur, bahwa ternyata masih ada pengusaha-pengusaha swasta yang mau ikut memperhatikan serta melirik potensi wisata pantai tersebut. Walaupun hal itu tidak terlepas dari urusan bisnis semata. Dan diharapkan hal ini dapat menunjang Kabupaten Takalar sebagai salah satu destinasi wisata pantai yang ada di Indonesia.




Tarif Hotel :
Standard Room ( 2 bedroom susun )

·         Weekday : Rp. 390.000,-

·         Weekend : Rp. 490.000,-


Family Room ( 4 bedroom susun )

·         Weekday Rp. 590.000,-

·         Weekend Rp. 790.0000,-


Wahana Wisata Pantai dan Outbond :

·         Jetsky Rp. 50.000,- /orang

·         Banana Boat Rp. 20.000,-/ orang

·         Flying Fish Rp. 40.000,- / orang

·         Mobil ATV Rp. 5.000,-

·         Skuter Matic Rp. 5.000,-

·         Motor Cross Rp. 5.000,- 

·         Kapal Mancing Rp. 300.000,- /2 jam


Reservasi / Informasi :
0411-259 0110 - 0852 42851798


Sabtu, 18 Januari 2014

Sundala’ (Sebuah Kajian Sosiolinguistik)



Sundalak atau sundala’ merupakan ungkapan berkonotasi kasar yang kerap didengar di berbagai sudut kota Daeng Makassar. Di pinggir jalan, di pasar, bahkan di pusat-pusat keilmuan seperti sekolah dan universitas. Saya yakin, beberapa dari kita pernah mendengar kata itu secara langsung, maka memahami apa artinya dan menakar seberapa kasar maknanya bukanlah perkara yang sulit.  Sundala’ adalah morfem (kata) yang konon diserap dari kosakata bahasa Indonesia “sundal”  yang berarti perempuan jalang atau pelacur. Ada juga yang mengartikannya sebagai anak haram.  Namun, sampai saat ini belum ada sumber yang jelas tentang siapa “dalang” dari penyebaran kata umpatan ini. Tapi jika ditelusuri dari speech community yang mempopulerkannya, ternyata ia menjadi prokem atau bahasa gaul dalam komunitas waria alias bencong.

Di tahun 1990, fenomenon waria menarik perhatian seorang Debby Sahertian. Ketika itu, komunitas waria dan anak jalanan di belantara Jakarta memiliki bahasa sandi tersendiri agar mereka bisa seenaknya mengumbar kata-kata cabul tanpa dimengerti artinya oleh petugas berwajib. Artis Debby Sahertian kemudian menyusun kamus bahasa gaul. Beberapa kosakatanya yang sering kita dengar adalah do’i untuk dia, macan tutul untuk macet total, Eke untuk aku, dan masih banyak lagi. Untuk kata sundala, entah komunitas waria yang menjadikannya bahan calla diantara mereka ada kaitan langsung dengan waria di Jakarta ketika itu.
Pada perkembangan selanjutnya, sundala tidak lagi terisolasi di kalangan waria sebagai bahan canda dan makian antara mereka, namun juga telah menjadi ekspresi kemarahan saat seseorang hendak beradu fisik, emosi, atau baru saja ditimpa sial. Semisal kecurian. Sang korban akan menumpahkan emosinya dengan menyemprotkan kata itu pada si pencuri —walau dia tahu sang pencuri tak mungkin mendengar kata itu.  Namun seiring waktu, kata itu menjadi trend ditengah laju budaya “bebas memilih”. Kesopan-santunan digilas, siri’ yang menjadi falsafah hidup orang Bugis Makassar pun akhirnya kian terpinggirkan. Tukang becak, anak jalanan, anak sekolah, bahkan orangtua, semuanya menyatu dalam kemunduran nilai itu.  Yang menarik, meski penuturnya tahu arti kata tersebut, mereka tak sedikitpun canggung mengucapkannya di depan rekan-rekan ketika sedang berbaur dalam canda.
Dalam esai ini, Sundala’ tak ditelaah dari segi kesopanan tindak tutur, melainkan sebagai fenomenon unik di tengah stigma orang Mangkasarak yang konon kasar—meski sebenarnya tak demikian.  Bersama dengan suntili’ dan sikulu’, sundala secara instan menjatuhkan harga diri pelakunya dan orang yang dituju. Ketika kata itu diucapkan, pada hakikatnya subjek dan objek tuturan itu sama-sama jatuh harga dirinya sebagai manusia. DR. H.M. Laica Marzuki, S.H. dalam bukunya Siri’, menegaskan bahwa siri’ menjadi etik pembeda antara manusia dan binatang. Binatang tak punya siri’ (malu) dan akal, sementara manusia memiliki keduanya, bahkan kemampuaan untuk merawat dan mempertahankan kehormatannya.
Andai kata seseorang sudah dipakasiri’ (dipermalukan), maka dalam kepercayaan kita orang Bugis-Makassar, pelakunya sah ditumpahkan darahnya lewat hunusan sebilah badik. Siri’ mewajibkan adanya tindak terhadap penyebab rasa malu, sepadan dengan tingkat rasa malu yang ditimbulkan walaupun tindakan itu biasanya diasumsikan sebagai suatu kejahatan kriminal.
Bersama siri’ itu, kita juga mengenal istilah sipakainge’ sipakalebbi’, dan sipakatau. Masing masing berarti saling mengingatkan, saling menghormati, dan saling memanusiakan. Pada kenyataannya, nilai-nilai luhur ini semakin luntur dari nuansa kearifan lokal (local genious) kita.  Adalah menarik melihat pergeseran nilai itu di keseharian kita. Umpatan sundala’ tidak dibalas dengan badik melainkan dijawab dengan serapah serupa dan diikuti gelagak tawa. Sungguh aneh.
Sebagaimana lumrah diketahui, tawa menjadi representasi kegembiraan atau suasana hati yang riang. Oleh karenanya, dalam kasus di atas, sundala’ telah melepaskan diri dari maknanya. Sundala’ secara sosial telah beralih fungsi menjadi nomenklatur perekat ikatan dan penanda keakraban di antara kerumunan manusia yang terlibat konteksnya.  Dengan keberadaan kata sundala’ di antara mereka, yang terjadi bukanlah keretakan sosial melainkan yang sebaliknya, kerekatan sosial.

Kini, penggunaan kata itu telah menjadi budaya tersendiri sehingga mustahil untuk dihilangkan. Kita tak bisa lagi berharap lebih jauh selain menghadirkan budaya yang bisa menandinginya (counter culture) suatu hari nanti.  Namun satu sisi positif yang dapat ditarik dari pergeseran budaya ini adalah bahwa sundala’ tidak menambah kekacauan dan kekerasan horizontal yang Nampak begitu menyatu dengan keseharian kita. Kata ini maknanya sudah “dijinakkan”, dan dalam beberapa hal telah menjadi peredam konflik antar orang per orangyang saling mengenal baik.  Di momen-momen peringatan hari bahasa yang jatuh pada bulan ini, setidak-tidaknya kita bisa lebih kritis dalam memaknai kebhinekaan. Jika ungkapan bermakna buruk saja bisa meruangkan kebersamaan, bagaimana dengan bahasa-bahasa yang baik dan jauh lebih sopan?

Jumat, 17 Januari 2014

BISNIS O.D.A.P Bukan Penipuan/Hoax, Buktikan

Bisnis ODAP benar-benar menjanjikan, kita bisa mendapatkan uang dengan mudah hanya dengan mensubmit Email Valid saja. Saya akan perjelas Cara kerja Bisnis ODAP ini, Begini cara jerjanya, ODAP merupakan program dari pihak ketiga atau Advertiser yang merupakan pemasang iklan, karena teknologi pihak advertiser tidak sanggup menyaingi akurasi pekerjaan manusia, dan untuk itu mereka membutuhkan bantuan kita.

 

DAFTAR GRATIS SEKARANG LANGSUNG DAPAT 200.000,-

Oke kita langsung saja menuju cara kerja sistem ODAP. Untuk bisa mengerjakan tugas,kita harus menuju ke Member Area,tapi terlebih dulu mendaftar disini. setelah kita menjadi member ODAP dan bisa masuk ke member area kita akan menemukan Kode ODAP Kita.jadi tugas kita hanya mempromosikan Kode ODAP kita, bisa di iklan gratis,Facebook,Tweeter dan sejenisnya. jika orang meng-Klik Kode ODAP kita maka mereka akan dibawa ke Form dimana orang yang telah mengklik Kode ODAP kita harus mengisi nama lengkap dan email yang valid/sebenar-benarnya. setelah itu email tersebut diverifikasi oleh pihak advertiser apakah email tersebut valid atau tidak, setelah diverifikasi Email tersebut dikirim lagi ke member area ODAP kita, dan kita mensubmit Email tersebut di member area yang sudah tersedia, jika email sukses di submit setelah itu selesailah tugas kita, dan kita mendapat bayaran 10 ribu/email yang kita submit, apakah orang yang meng-klik kode ODAP kita tersebut bergabung atau tidak, itu bukan urusan kita lagi,tugas kita hanya sampai disitu,selebihnya tugas dari pihak advertiser. jadi tugas yang kita jalankan hanya semudah itu, yang sulit itu tugas advertiser. saya rasa sudah cukup jelas penjelasan Cara kerja Bisnis ODAP ini, jika belum anda bisa langsung kunjungi website ODAP disini, karna penjelasan lebih rinci bisa anda temukan di web ODAP tersebut.
Oh ya hampir lupa,saya berikan sedikit ilustrasi berapa pendapatan anda jika anda bergabung di Bisnis ODAP disini.
bekerja di odap tidak dibatasi Quota dan waktu, seberapa sanggup anda bekerja sehari untuk mengerjakan tugas dari ODAP ini.berapa jam anda mampu menentukan jam kerja, itu terserah anda.Jika anda mendapat email yang harus di entry sebanyak 20 email maka pendapatan anda adalah 20 x 10.000,- = 200.000,- jadi banyaknya jumlah email tergantung kesanggupan anda berapa jam anda bisa bekerja. itu penghasilan 1 hari saja, bagaimana jika dikalikan 1 bulan, maka penghasilan anda 200.000,- x 30 = 6.000.000,- dan anda akan menerima bonus lagi sebanyak 2 juta perbulan jika penghasilan anda bisa mencapai 2 juta perbulan.jika penghasilan kita sebulan mencapai 2 juta atau lebih anda akan diberikan bonus insentif sebanyak 2 jt per bulan, atau seperti ini. penghasilan anda = 2.000.000,- + 2.000.000,- ( insentif di luar gaji anda ) = 4.000.000,- ( inilah penghasilan yang anda akan terima nantinya.jadi bekerjalah semampu anda, semakin giat anda bekerja maka semakin banyak penghasilan yang anda dapatkan.Jadi Bisnis ODAP ini bukan bisnis mencari member,tapi mencari Klik sebanyak-banyaknya.
BONUS KHUSUS 200 RIBU LANGSUNG JIKA ANDA MENDAFTAR SEKARANG DISINI
Bagaimana,Anda sudah siap untuk menjadi Jutawan dengan Bisnis ODAP ini, saya dan member lainnya sudah membuktikan kebenaran Bisnis ini,jadi anda tidak perlu khawatir menjalani bisnis ini.


Jika anda ingin bergabung secara gratis,ikuti langkah-langkah ini.
 

1. klik link ini uangreceh.com
 

2. setelah masuk ke tahap awal, masukan nama lengkap dan email valid anda ( tujuannya untuk memudahkan mengirimkan verifikasi ke email anda )
 

3. setelah memasuki website uangreceh.com anda klik Join ( syarat untuk bisa masuk ke member area ) anda harus mengisi data sesuai dengan data yang anda masukan sebelumnya, seperti nama lengkap dan email valid ) kalau tidak sesuai data anda akan ditolak.
setelah masuk ke member area anda bisa mencoba versi demo cara kerja ODAP. anda dijamin tertarik karena begitu mudahnya cara kerja bisnis ODAP ini.
salam sukses semua ya yang sudah bergabung di Bisnis Online ODAP.

Selasa, 10 April 2012

FILSAFAT CINTA PLATO
        Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? dan bagaimana saya menemukannya?.”Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali. Kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta.” Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?.” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya.” Gurunya kemudian menjawab, “Jadi ya itulah cinta.” Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Apa itu perkawinan? dan Bagaimana saya bisa menemukannya?.” Gurunya pun menjawab, “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan.” Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?.” Plato pun menjawab, “Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya.” Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan. Post link : http://ssenimangila.blogspot.com Sumber : Dikutip dari berbagai sumber terkait